News Update :
Hot News »
Bagikan kepada teman!

Problematika Yang Disebabkan Oleh Fluktuasi Harga BBM

Published by : Unknown on Tuesday, April 14, 2015 | 2:17 AM

Tuesday, April 14, 2015

Oleh Averroes F Piliang

Sesungguhnya selama tiga bulan terakhir, kebijakan tentang bahan bakar minyak sehingga terjadinya fluktuasi harga minyak disebabkan begitu banyaknya problematika yang muncul. Ada yang mengatakan hal tersebut disebabkan oleh tidak stabilnya harga minyak dunia. Tetapi, ada pula yang memunculkan hal ini disebabkan karena masyarakat di republik ini masih berkecimpung pada tingginya pola konsumsi.

Berdasarkan pertimbangan itu, maka para bapak pembangun bangsa mengambil langkah drastis yang efektif. Pertimbangan tersebut akhirnya menarik sebuah pemikiran dan menuliskannya dalam sebuah kebijakan mendasar. Ya, kesimpulan tersebut tertulis pada UUD 45 tentang "Bumi, air dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat". Logika sederhana yang dapat ditinjau dari pernyataan tersebut agar segala hal yang berhubungan dengan ketiganya adalah milik Negara sehingga tidak terjadi pola monopoli. Sebuah pola yang bersesuaian dengan pasar bebas.

Menariknya, sebelum statement tersebut ditulis secara khusus, generalisasi lebih sederhana dilakukan oleh para pemikir bangsa ini. Dengan jelas tertulis bahwa "cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara". Dengan melakukan perbandingan antara dua pernyataan tersebut menunjukkan sebuah sistem terpusat sehingga sifat kontrol Negara tetap terjaga. Ini juga sekaligus menunjukkan sebuah pernyataan bahwa pemerintahan republik ini memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itu, setiap persoalan yang muncul haruslah didasarkan atas kesejahteraan umum. Seperti yang sesuai pada pembukaan UUD 45.

Namun, di lain hal, dua hal tersebut mengindikasikan bahwa ada sebuah kekuatan yang besar di wilayah yang bernama Indonesia ini. Tentunya, sifat Negara selaku pemegang penuh sumber daya alam memberikan posisi tawar yang tinggi. Sehingga tak heran bila pandangan tentang terpusatnya kekuasaan mengakibatkan pola sentralisme akan selalu muncul. Sementara itu, kondisi gegorafis rakyat Indonesia yang tersebar luas menyebabkan sulitnya proses setiap pengambilan keputusan dan kebijakan karena haruslah berorientasi pada kesejahteraan/ kemakmuran rakyat. Maka dari itu pula, mandat penuh diberikan kepada pemerintah.

Agaknya perlu dicermati tentang kedua pernyataan tersebut sehingga proses pengambilan kebijakan haruslah melihat realita yang sifatnya general. Apabila mengambil pandangan keilmuan, yaitu teknologi, ketersediaan minyak bumi dunia sudah menipis sehingga sudah wajarlah apabila barang yang langka dan permintaan banyak, harga pun melambugn. Persoalan ini lah yang menjadi tolak ukur mereka (red-Bapak Bangsa) agar tidak terjadi sebuah kesenjangan sosial. Sebuah keadaan yang didasari atas pola pasar bebas. Hal ini menurut mereka harus dihindari agar kesejahteraan umum dapat dicapai.

Pernyataan kausalitas tersebut akhirnya dirumuskan dalam sebuah generalisasi kesimpulan. Untuk mencapai kesejahteraan umum maka dipandang perlu untuk mengambil kebijakan berupa "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan". Kata "Azas Kekeluargaan" ini lah yang menguatkan sekaligus menjawab persoalan tentang inidikasi monopoli pasar dan Negara. Oleh karena itu, sudah hal yang wajar bila ada argumen mengenai mengurus Negara beda halnya dengan mengurus warung. Negara boleh rugi asalkan rakyatnya sejahtera, bukanlah berorientasi pada banyaknya profit yang dihasilkan oleh Negara.

Dengan adanya beberapa pernyataan di atas yang disebutkan konsep tujuan Negara dapat dicapai. Sebuah keadilan sosial bagi seluruh rakyat adalah hal yang suatu hal didasari atas azas kekeluargaan. Oleh karena itu, persoalan yang dihadapi bukanlah mengenai untung-ruginya Negara sehingga pembangunan tersendat melainkan hilangnya azas kekeluargaan bangsa. "Jika memang persoalan untung-rugi yang ingin dicapai, mengapa cabang-cabang produksi yang berhubungan atas hidup orang banyak (seperti transportasi dan kekayaan laut) tidak optimal dikuasai oleh Negara?", kata si Penyambung Lidah Rakyat.
comments (1) | | Read More...

Medan dalam Perspektif Ideal Sebuah Kota

Published by : Unknown on Sunday, April 12, 2015 | 1:49 AM

Sunday, April 12, 2015

Oleh Averroes F Piliang

Fakta sejarah membuktikan bahwa awal mula muncul dan kokohnya sebuah peradaban yang tinggi dimulai dengan satu buah kota. Sebut saja seperti peradaban Persia yang diawali oleh kota Persepolis. Kota yang pada saat itu dipimpin oleh Darius I yang menjadi penguasa melakukan perkembangan dan pertumbuhan kota dari segi ekonomi dan budaya. Salah satu produk yang dihasilkan adalah Satrap’s Court. Maka, sesungguhnya ada empat jenis kategori yang digunakan sebagai indikator dalam membangun sebuah kota.

Pertama sekali adalah Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ditinjau dari peradaban Timur Tengah yang Berjaya di abad pertengahan, proses produksi di berbagai bidang menjadi efektif. Hal tersebut memberikan dampak yang signifikan pada proses kesejahteraan masyarakat. Masyarakat timur tengah pada saat itu memberikan begitu banyak sumbangsih dalam proses keilmuan. Sebut saja seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusdy, Ibn Al-Khayatam dan Al-Ghazali. Mereka lahir pada masa kejayaan Islam yang pemimpinnya menjunjung tinggi nilai-nilai Keilmuan. Akhirnya, masyarakat barat menyebut masa ini disebut dengan “Age of Science” ada zaman ilmu pengetahuan. Produk yang dihasilkan adalah Bazaar yang hingga saat ini masih dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia.

Selanjutnya adalah Pembangunan Ekonomi. Tinjauan ekonomi bukanlah ditinjau dari persoalan perputaran uang. Dalam hal ini, perspektif ekonomi adalah suatu hal berkaitan dengan konteks pemahaman ekonomi. Yaitu, sebuah aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi. Terciptanya ruang-ruang produksi, distribusi dan konsumsi akhirnya melahirkan neraca ekonomi yang efektif. Oleh karena itu, penguasaan terhadap sumber daya alam dan manusia dari tiga hal tersebutlah yang disebut dengan pembangunan ekonomi dalam tulisan ini. Apabil dikaitkan dengan UUD ’45 yang diciptakan oleh pendiri bangsa yang dahulu, maka sudah sewajarnya bila proses penguasaan ini haruslah bersifat semata-mata pada azas kekeluargaan. Oleh karena itu, kota dalam hal ini perlu memperhatikan penguasaan sumber-sumber ekonomi.

Kemudian adalah Kesejahteraan Masyarakat. Kesejahteraan sosial dalam suatu tatanan masyarakat secara umum bersumber dari dua hal yaitu Alam dan Manusia. Penguasaan sumber daya alam akan meningkatkan ruang produksi yang akhirnya memberikan peluang kepada masyarakat untuk bekerja. Sesungguhnya kesejahteraan sosial tidak hanya bersumber dari sumber daya alam melainkan juga primary growth (pembangunan utama) masyarakat. Pembangunan secara ekonomi dan sosial menjadi tolak ukur baik atau tidaknya kesejahteraan sosial.

Sementara itu, sumber lain yaitu masyarakat itu sendiri juga menjadi tolak ukur. Masyarakat perlu diberikan pelayanan secara publik per individu. Oleh karena itu, setiap kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah haruslah berkeadilan. Memahami tujuan setiap kebijakan publik dapat mempertahakan masyarakat yang modern dan beradab. 

Terakhir adalah pembangunan kebudayaan. Indonesia merupakan jajahan Belanda yang secara kultural sangat mempengaruhi pola pikir masyarakatnya. Di samping itu, dengan begitu banyaknya akulturasi budaya sebelum dan setelah Belanda, tak heran bila konstruksi pemikiran juga perlu diperhatikan. Pembangunan sarana dan prasarana secara kultural perlu diperhatikan. Peradaban mesir dikenal dengan adanya Pyramid sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap kepercayaan. Sementara itu, Yunani membangun kuil dan perpustakaan terbesar terhadap kecintaan mereka pada ilmu pengetahuan. Begitu pula halnya pada peradaban Islam di timur tengah dan mereka membangun universitas dan madrasah. Peradaban barat pun juga membangun hal yang sama.

Keempat pandangan tersebut adalah indikator umum yang menunjukkan bahwa suatu peradaban memiliki karakteristik tertentu. Dalam rangka membangun peradaban di Kota Medan, maka dibutuhkan seoerang pemimpin yang memiliki empat perspektif sebelumnya. Hal ini bertujuan agar pertumbuh-kembangan kota Medan menuju kota yang madani, modern dan religius dapat dicapai.

comments | | Read More...

Profil Dunia Insan Kamil

Di bulan November tepatnya pada tanggal 30 tahun 2013 yang lalu, sebuah blog aspirasi kader terkhususnya untuk rekan-rekan pengurus yang baru saja menyelesaikan pengurusannya dalam berkarya. Awalnya seperti yang tertera dalam Dislaimer Dunia Insan Kamil, blog ini merupakan wahana pengembangan dari group facebook. Selanjutnya, Dunia Insan Kamil akhirnya didirikan dan berkorelasi dengan khittah perjuangan HMI.

Dunia Insan Kamil awalnya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kader-kader baik alumni maupun anggota HMI Komisariat FMIPA USU. Namun, melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Dunia Insan Kamil haruslah bersifat universal tak hanya sebatas untuk kader-kader HMI Komisariat FMIPA USU. Oleh karena itu, kami selaku admin dan pengurus mengajak para alumni dan kader HMI seluruh Indonesia untuk menuangkan pemikirannya dalam sebuah tulisan.

Dunia Insan Kamil bermaksud untuk mengembangkan potensi kekaryaan mahasiswa maupun alumni dalam setiap perspektif. Maka, dengan ini kami mengedepankan tulisan-tulisan yang sifatnya jurnalistik dengan nuansa verifikasi. Hal ini bertujuan agar tulisan-tulisan lebih melalui metodologi ilmiah. Sehingga pada akhirnya Dunia Insan Kamil bukan saja berisi pendapat dan opini pribadi tetapi memiliki landasan berpikir.

Dunia Insan Kamil saat ini dikelola oleh beberapa orang yaitu:
  • Averroes F Piliang
  • Egyfaldi Biamenta
  • Ismail Marjuki
  • Siti Rayani Simatupang
  • Yudhana Jumaindra
  • Ramadhani Febriantoro

Pada umur 1 tahun kemarin, Dunia Insan Kamil mencoba menerbitkan salah satu karya yang sifatnya frekuentif yaitu satu bulan sekali. Karya tersebut adalah majalah digital DINKAM yang terbit setiap tanggal 30 setiap bulannya. Namun, dikarenakan proses pengelolaan yang tidak maksimal akhirnya majalah tersebut tersendat dan baru hanya terbit pada tanggal 30 November kemarin.

Terima kasih atas perhatian para user dan pembaca setia Dunia Insan Kamil selama ini, kami selaku tim akan mencoba untuk memperbaiki blog ini lebih baik lagi. Saran dan kritik sangat kami harapkan dari para user dan pembaca. Jika ingin memberikan saran dan kritik dapat melalui via email kami yaitu duniainsankamil@gmail.com atau via komentar di setiap postingan.

Wassalam

comments | | Read More...

Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir)

Published by : Unknown on Friday, April 10, 2015 | 7:06 PM

Friday, April 10, 2015

Diketik ulang dari Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP Cak Nur)


Ringkasan

Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati.

Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja daripada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun bersifat sekunder, ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup di tengah alam sebagai makhluk sosial hidup di tengah sesama. 

Dari segi ini, manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan.
Oleh karena itu, kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup di tengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam, hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya “keharusan universal” atau “kepastian umum” dan “takdir” (57:22).

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggungjawaban pribadi dari amal perbuatannya. 

comments | | Read More...

3 Manfaat Lain Listrik Pada Manusia

Oleh Averroes F Piliang

Majalah Science Uncovered mengeksplorasi manfaat lain listrik. Selain digunakan sebagai sebagai salah satu sumber energi untuk penerangan, ternyata listrik memiliki karakteristik lain yang tentunya dapat digunakan dalam berbagai hal. Berikut ada tiga hal yang dapat dimanfaatkan oleh listrik.

Pengganti Alat Suntik. Tanpa menggunakan jarum, listrik dapat digunakan sebagai alat penghantar cairan suntik (injection liquids). Cairan tersebut dapat disuntikkan ke sebuah area di kulit dengan cara dialiri arus listrik menggunakan elektroda pembawa arus balik. Hal ini memungkinkan obta-obatan ditarik ke dalam tubuh. Secara umum, teknik ini digunakan dan diterapkan dalam pengobatan anti-inflammatory (anti peradangan/ pembengkakan).

Penyembuhan Luka. Pada tahun 1985, dua fisikawan asal Amerika Serikat, PJ Carley dan Stanley Wainapel menyatakan bahwa terapi elektrik (electrotherapy) secara efektif dapat meningkatkan proses penyembuhan pada luka manusia. Studi selanjutnya menunjukkan bahwa arus mikro mampu meningkatkan sirkulasi darah bahkan pada pembuluh darah terkecil. Hal ini menimbulkan peningkatan sintesis protein dan memulihkan seluruh jaringan otot yang saling berhubungan pada tubuh manusia.

Obat Penguat Otot. Rangsangan atau stimulus yang dihasilkan listrik terhadap otot manusia secara umum digunakan pada bidang rehabilitasi, dan juga digunakan sebagai salah satu alat dalam latihan atlit untuk meningkatkan kekuatan ototnya. Hal tersebut dilakukan dengan cara menempelkan bantalan yang terhubung dengan arus listrik. Kemudian arus listrik akan bergerak melewati jaringan otot dalam tubuh dan menyebabkan otot saling berkontraksi. Dalam proses tersebut, beberapa kalori dibakar dan otot-otot yang terkena akan lebih kuat dan lebih sehat.
comments (1) | | Read More...

Tantangan dan Perjuangan HMI

Published by : Unknown on Wednesday, April 1, 2015 | 4:19 PM

Wednesday, April 1, 2015

Oleh Egyfaldi Biamenta
Organisasi ini berazaskan Islam, bersifat independent, memiliki status sebagai organisasi mahasiswa berfungsi sebagai organisasi kader, dan berperan sebagai organisasi perjuangan
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) adalah organisasi mahasiswa Islam yang didirikan oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam) di Yogyakarta pada tanggal 14 rabiul awwal 1366 H bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947.

Tujuan didirikannya HMI didasari oleh kondisi mahasiswa Islam pada waktu itu yang belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sistem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Oleh karena itu, perlu dibentuk organisasi yang mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agam Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau Negara Republik Indonesia tidak merdeka dan rakyatnya melarat. Maka organisasi mahasiswa Islam harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.

Dalam menjawab tantangan yang sedang berkembang, HMI bersifat adaptif dengan perkembangan zaman dan menyesuaikan tujuan organisasinya terhadap kebutuhan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari sejarah perjuangan HMI yang telah menjalan 10 fase, yaitu:
  • Fase konsolidasi spiritual dan proses berdirinya (1946-147)
  • Fase berdiri dan pengokohan (5 Februari 1947-30 November 1947)
  • Fase perjuangan bersenjata, perang kemerdekaan, dan menghadapi penghianatan PKI 1 (1947-1949)
  • Fase pembinaan dan pengembangan organisasi (1950-1963)
  • Fase tantangan I dan menghadapi pemberontakan PKI II (1964-1965)
  • Fase kebangkitan HMI (1966-1968)
  • Fase partisipasi HMI dalam pembangan (1969-sekarang)
  • Fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran (1970-1994)
  • Fase reformasi (1995-1999)
  • Fase tantangan II (2000-sekarang)
Adapun tujuan organisasi HMI secara periodik mengalami perubahan adalah sebagai berikut:
Pada tahun 1947 yaitu:
  • Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia
  • Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam
Pada tahun 1955
  • Ikut mengusahakan terbentuknya manusia akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam
Pada tahun 1966
  • Membina Insan Akademis Pencipta dan Pengabdi yang bernafaskan Islam menuju terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
Pada tahun 1969
  • Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT
Tujuan organisasi HMI pada saat ini seperti yang dirumuskan dalam pasal 4 anggaran dasar HMI adalah hasil perubahan tujuan organisasi yang terjadi pada tahun 1969. Meskipun tujuan organisasi HMI mengalami beberapa perubahan, namun misi HMI tetap berada di atas tiga komitmen yang merupakan wilayah gerakannya, yaitu ke-Islaman, kemahasiswaan dan kebangsaan.

Berdasarkan tujuan organisasi pada pasal 4 anggaran dasar HMI, dapat diperoleh intisari tujuan organisasi yang berupa kualitas insan cita, yaitu dunia cita yang terwujud oleh HMI  di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan  berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal 4 anggaran dasar HMI adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Insan Akademis

  • Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
  • Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui. Selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya  dengan kesadaran.
  • Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis  maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara  bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan

2. Kualitas Insan Pencipta

  • Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan  bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). 
  • Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan  dan pembaharuan.
  • Bersifat independen, terbuka dan tidak isolatif, 
  • Mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam dengan kemampuan akademisnya.

3 Kualitas Insan Pengabdi

  • Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.
  • Sadar  membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
  • Insan akademis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

4. Kualitas Insan yang  bernafaskan islam

  • Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menjadi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
  • Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT

  • Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
  • Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar  bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
  • Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
  • Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
  • Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
  • Percaya pada diri sendiri  dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard”  yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan insan pelopor (man of future) yaitu insan yang berfikiran luas dan  berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu pengetahuan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Tipe ideal dari hasil perkaderan HMI adalah insan pembaharu (man of inovator).

Dengan rumusan tujuan organisasi pada pasal 4 anggaran dasar HMI, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi HMI disebutkan di dalam pasal 5 anggaran dasar HMI, yaitu:
a. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.
b. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.
c. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan umat manusia.
d. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dienul Islam dalam kehidupan pribadi,
e. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
f. Memperkuat Ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam sedunia.
g. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk
h. menopang pembangunan nasional.
i. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan huruf (a) s.d. (e) dan sesuai dengan azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.

Dalam usaha pencapaian tujuan organisasinya, HMI sebagai organisasi perjuangan, setiap saat dihadapkan kepada berbagai tantangan yang datang silih berganti tanpa berhenti. Tantangan itupun akan selalu muncul terlebih-lebih di masa depan, yang bentuk dan wujudnya jauh lebih besar dan berat. Ada 2 tantangan besar yang dihadapi HMI, yaitu tantangan internal dan eksternal.

Tantangan Internal
Adapun yang menjadi tantangan internal HMI saat ini adalah sebagai berikut :

  1. Masalah eksistensi dan keberadaan HMI
  2. Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI untuk melakukan perbaikan dan perubahan mendasar terhadap berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.
  3. Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil dalam barisan terdepan sebagai barisan terdepan (avant garde) bangsa dalam melakukan berbagai perubahan yang dibutuhkan masyarakat.
  4. Masalah efektifitas HMI memecahkan masalah yang dihadapi bangsa, karena banyak organisasi sejenis maupun yang lain, dapat tampil lebih efektif mengambil inisiatif terdepan memberi solusi terhadap problem yang dihadapi bangsa Indonesia.

Tantangan eksternal
Adapun yang menjadi tantangan eksternal HMI saat ini adalah sebagai berikut :

  1. Tantangan menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda dari abad ke-20, yang muncul pada abad ke-21 saat ini, serta abad Globalisasi.
  2. Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup di zaman dan situasi berbeda dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya yang dijalani generasi muda bangsa.
  3. Tantangan untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni HMI yang akan menggantikan alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki berbagai posisi strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 
  4. Tantangan menghadapi bahaya abadi Komunis.
  5. Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai misi berbeda dari umat Islam.
  6. Tantangan adanya kerawanan aqidah. 
  7. Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 
  8. Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek kehidupan manusia
  9. Tantangan menghadapi masa depan yang belum diketahui bentuk dan coraknya.
  10. Kondisi umat Islam Indonesia yang dalam kondisi belum bersatu.
  11. Kondisi dan keadaan perguruan tinggi serta dunia kemahasiswaan/kepemudaan yang penuh dengan berbagai persoalan dan problematika yang sangat kompleks

Untuk menghadapi tantangan-tantangan itu, HMI bersama segenap aparatnya harus mampu menghadapinya dengan semangat militansi yang tinggi. Memahami tujuan organisasi seperti yang dijelaskan dalam konstitusi dan mengambil pelajaran dari sejarah perjuangan HMI di masa lalu serta mengetahui tantangan yang sedang dihadapi saat ini dan tantangan yang akan dihadapi di masa depan, diharapkan HMI mampu menjawab segala tantangan yang akan dihadapinya.

comments | | Read More...

Sejarah Singkat Berdirinya HMI

Published by : Unknown on Sunday, March 29, 2015 | 4:35 PM

Sunday, March 29, 2015

Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam karena semua persiapan yang diperluksan sudah beres - Lafran Pane

Bulan Agustus tahun  1945 di tanggal 17, Indonesia menyatakan dirinya sebagai bangsa yang merdeka. Maka, dimulailah sebuah era dimana masyarakat Indonesia terkhususnya kaum pelajar mempertahankan kemerdekaannya dan memulai sejarah bangsa.

Indonesia, yang pada saat itu masih belum resmi diakui oleh Belanda, memaksa pemerintah muda Indonesia untuk memindahkan ibukota di provinsi Yogyakarta. Sehingga, segala hal mengenai pemerintahan dipusatkan untuk sementara di Yogyakarta. Hal ini secara politik dimanfaatkan oleh kaum terpelajar untuk menyemangati kemerdekaan. Hal tersebut mereka tunjukkan dengan membentuk Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946. PMY ini beranggotakan mahasiswa yang berasal dari tiga perguruan tinggi di kota tersebut, yaitu Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Islam dan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada.

Dengan terbentuknya PMY bukan berarti situasi politik di Indonesia pada saat itu menguat dan stabil. Persoalan mahasiswa pada saat itu ialah tidak stabilnya pemikiran mahasiswa khususnya mahasiswa Islam pada saat itu. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor sosio-kultural serta perang ideologi yang 
terjadi di dunia. Oleh karena itu, membangun kekuatan dengan azas persatuan sangat dibutuhkan.

Sebulan sejak PMY dibentuk pada Oktober 1946, seorang mahasiswa asal Sumatera Utara yang bersekolah di Sekolah Tinggi Islam mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya untuk membentuk sebuah organisasi mahasiswa. Anehnya, mahasiswa tersebut adalah mahasiswa tingkat I (semester awal). Dengan bersemangat ia akhirnya mendapatkan dukungan dan mengundang mereka untuk menghadiri rapat agar maksud yang diinginkan dapat dibicarakan. Mungkin, dikarenakan masih terlalu muda, kesepakatanpun hilang. Tidak adanya kesepakatan tidak mengecilkan semangat dan cita-cita pria tersebut. Ia memikirkan langkah yang strategis dan drastis untuk mewujudkan cita-cita ini. 

Maka, pada tanggal 5 Februari 1947 dalam kuliah tafsir yang diisi oleh Husein Yahya sebagai pengajar, Lafran Pane (mahasiswa semester 1) mengadakan pertemuan mendadak dengan peserta mahasiswa dan sang dosen. Dengan langkah yang pasti ia langsung berdiri dan memimpin rapat sembari berkata dengan lantang: “Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres”. Tepat pada tanggal 5 Februari 1947 yang bertepatan pada tanggal 14 rabiul awal 1366 H lahirlah organisasi Mahasiswa Islam dengan nama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan ketua Lafran Pane dan Asmin Nasution sebagai wakil ketua. Para anggota diisi oleh mahasiswa kuliah tafsir antara lain, Anton T Jailani, Karnoto Zarkasyi, Maisaroh Hilal, Suwali Y Gozali.(AFP)
comments | | Read More...

Pustaka Digital : DINKAM Edisi November 2014

Published by : Unknown on Monday, December 1, 2014 | 5:17 AM

Monday, December 1, 2014

Dengan mengharapkan ridha Allah SWT, pustaka Dunia Insan Kamil telah terbit. Awalnya masih berbentuk digital dan masih memiliki sedikit halaman. Untuk kedepannya, tim Dunia Insan Kamil akan terus memperbaiki dan membuatnya lebih baik lagi. Akhirul kalam, selamat menikmati tulisan-tulisan yang ada di pustaka digital Dunia Insan Kamil.


Download via
http://www.4shared.com/rar/KIZjYJ4Uba/Dinkam_November_2014.html


comments | | Read More...

Hukum dan Legalisme, Dalam Sebuah Pernyataan Ilmiah

Published by : Unknown on Sunday, November 9, 2014 | 4:45 AM

Sunday, November 9, 2014

Oleh Averroes F Piliang

Kehidupan bermasyarakat menuntut para pelakunya untuk beraktivitas sesuai dengan sistem yang berlaku. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan suatu komunitas yang berisi kedamaian. Oleh karena itu, para pelaku haruslah bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang ada sehingga kemakmuran, kedamaian, ketertiban dan cita-cita bersama tercapai dan dapat dirasakan bersama.

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang sifatnya plural (beragam). Sifat keanekaragaman di dalam masyarakat menunjukkan hal yang alami untuk suatu kesatuan (unity). Seperti halnya kehidupan alam yang terdiri dari golongan Plantae dan Animalia pada tingkatan yang paling tinggi, mereka dalam tingkatan khusus memiliki perbedaan namun masih dalam kesatuan yang disebut dengan alam atau nature. Setiap makhluk yang hidup di alam merupakan sebuah rantai panjang yang saling berhubungan. Di dalam ilmu pengetahuan kita mengenal sebutan rantai makanan, seleksi alam dan evolusi. Semuanya itu merupakan bentuk interaksi antar makhluk hidup yang tinggal dan beraktivitas di alam, tetapi ada sebuah aturan yang berlaku pada dunia Plantae dan Animalia tersebut, yaitu peran yang sesuai dengan karakternya. Kedamaian alam yang dapat dirasakan hari ini, tak lepas karena semua telah mengikuti aturan universal tersebut.

Dunia manusia sangat jauh berbeda dengan alam yang dibicarakan sebelumnya. Dunia manusia terdiri dari kategori yang sama namun dalam aktivitasnya sangat jauh berbeda. Sejarah manusia menyatakan begitu banyak kedamaian yang telah terbentuk akhirnya runtuh dan rusak dikarenakan perbedaan yang terjadi. Diawali oleh Mo Tze, seorang filsuf di masa Cina kuno yang memimpikan kedamaian universal untuk mengakhiri ketidakadilan seperti kemiskinan dan peperangan yang disebabkan oleh otoritas yang berkuasa. Ideologinya menentang kepatuhan buta dan monoton terhadap adat dan kekuasaan serta buah pikirannya yang berjudul “Melawan Takdir”, setidaknya selama seribu tahun masih dikenal. Yaitu sebuah konsep pengujian dalam doktrin/kebijakan kehidupan dengan mempertanyakan doktrin/ kebijakan tersebut apakah dapat diterima oleh masyarakat, bagaimana melaksanakannya, dan dapatkah bermanfaat bagi masyarakat. Tiga dasar pengujian ini menjadi tolak ukur masyarakat modern sekarang untuk mencapai kedamaian yang menjadi cita-cita bersama dan menjadi apa yang dikenal dengan Hukum.

Kehidupan manusia yang dibicarakan memiliki kompleksitas, sehingga dalam mencapai tujuannya diperlukan sebuah kesatuan. Agar tercipta kesatuan tersebut, sistem haruslah mengikat dan bersifat universal sehingga diperlukan langkah-langkah drastis untuk mencapainya. Salah satu orang yang melakukannya adalah Qin Shing Huang, seorang kaisar yang menguasai seluruh daerah dan mengubahnya menjadi suatu bangsa dan dikenal dengan negara China. Langkah drastis yang dilakukannya adalah membuat sebuah standar atau aturan baku yang berlaku di seluruh daerah seperti standar jalan, panjang, mata uang tunggal, dan di seluruh daerah tersebut terjadi penyeragaman pada setiap aspek yang akhirnya terbentuklah sebuah penyeragaman Hukum. Hal tersebut juga termasuk mengatur pemikiran-pemikiran yang muncul di setiap manusia. Maka, lakukanlah sesuai hukum yang berlaku atau anda akan menerima sanksi yang berlaku. Pemikiran seperti inilah yang disebut dengan “Legalisme” yang dikenal sebagai suatu pemahaman dalam sistem hukum. Sebuah pemikiran yang sangat mengharamkan kemerdekaan berpikir termasuk kebebasan berpendapat atau bahkan mengkritisi pihak-pihak yang berkuasa. Dengan demikian akan lahir sistem perbudakan masyarakat yang mengakibatkan kedamaian menjadi suatu hal yang mustahil terjadi.

Hukum dan legalisme yang dibicarakan di awal bukanlah sebuah bentuk perlawanan terhadap kedamaian yang selama ini dimimpikan. Persoalan yang nyata terjadi adalah pelaksanaan hukum yang berlaku menyimpang sehingga terbentuk paham aliran legalisme yang menjadi tolak ukur. Telah kita ketahui bahwa hukum terbentuk dikarenakan adanya suatu cita-cita untuk mencapai kedamaian universal. Sebuah keadaan dimana nilai-nilai kebenaran dijunjung tinggi. Oleh karena itu, kebenaran haruslah dicapai bukan dengan langkah drastis seperti legalisme melainkan dengan cara kemerdekaan berpikir. Sebuah keadaan dimana setiap orang memiliki kebebasan berpikir dalam mengungkapkan setiap hal yang berlawanan dengan kebenaran. Setiap pendapat yang diberikan haruslah diterima dengan sikap yang ilmiah sehingga setiap pertimbangan didasari atas bermanfaatnya sebuah kebijakan yang dilaksanakan, untuk itu dibutuhkan sebuah konsep ilmiah dalam mencapainya.

Ilmu pengetahuan membutuhkan kemerdekaan berpikir untuk berkembang. Dengan demikian proses saling bertukar pemikiran akan terbentuk dan sikap saling menghargai serta toleransi antar manusia menjadi tolak ukur. Pemikiran seperti ini tidak akan terjadi apabila setiap institusi pendidikan bergantung pada kebijakan penguasa. Berkembangnya ilmu pengetahuan bergantung pada keberanian manusia-manusia yang berada di dalamnya untuk saling bertukar pikiran tanpa dibatasi oleh pihak yang berkuasa.

Mengutip pernyataan Ibnu Al-Khaitam, “Mencari kebenaran itu sangatlah sulit dan jalan untuk menemukan kebenaran sangatlah terjal. Sebagai pencari kebenaran, sebaiknya anda tidak hanya melandasi pemikiran anda pada tulisan-tulisan dari parah ahli zaman dulu ataupun kepercayaan anda terhadap tulisan-tulisan orang terdahulu. Anda harus menguji tulisan-tulisan itu dengan kritis dari setiap sisi. Anda harus menyimpulkan berdasarkan argumen dan percobaan dan bukan karena ucapan orang lain. Setiap manusia sangat rentan pada semua jenis ketidaksempurnaan. Sebagai pencari kebenaran kita harus juga mempertanyakan dan menguji ide-ide kita sendiri dalam setiap percobaan untuk menghindari kesalahan kesimpulan dan pemikiran yang ceroboh. Tempuhlah cara ini, dan kebenaran akan muncul di hadapan anda.”

Referensi: Cosmos Spacetime Odyssey "Hiding in the light"
comments | | Read More...

Kemerdekaan Berpikir

Published by : Unknown on Tuesday, October 14, 2014 | 12:20 PM

Tuesday, October 14, 2014

Oleh Ramadhani Febriantoro

Terkadang akal bebasku berpendapat, akal bebas yang berani berfikir tanpa adanya ketakutan akan dimarahi Tuhan. Akal bebasku berpendapat bahwa dalam hal tertentu ajaran Islam itu tidak sempurna. Ajaran Allah SWT itu dalam beberapa hal jelek dan beberapa ajaran manusia, yaitu manusia-manusia besar, lebih baik. Hanya karena kepercayaanku akan adanya Tuhan serta Al-Qur’an itu benar dari Tuhan serta Nabi Muhammad SAW itu manusia yang sempurna. Maka aku melawan pemikiranku dan tetap berpendapat bahwa Islam itu secara total baik dan sempurna. Akalku sendirilah yang tidak mampu meraba kesempurnaanya.

Pada kenyataannya dalam praktek berpikir selama ini kita tidak berpikir bebas lagi. Bila menilai sesuatu kita sudah bertolak pada suatu asumsi bahwa ajaran Islam itu baik dan faham-faham lain di bawahnya, lebih rendah. Ajaran Islam kita tempatkan pada tempat yang paling baik. Dan apabila tidak sesuai dengannya kita taruh dalam nilai di bawahnya. Karena Islam itu paling baik dan kita ingin menempatkan diri pada yang paling baik, maka kita selalu mengidentikkan pendapat yang kita anggap benar sebagai pendapat Islam.

Sebagian orang meminta agar saya berpikir dalam batas-batas Tauhid, sebagai pendapat globalitas ajaran Islam. Aneh, mengapa berpikir hendak dibatasi. Apakah Tuhan itu takut terhadap rasio yang diciptakan oleh Tuhan itu sendiri? Saya percaya pada Tuhan, tapi Tuhan bukanlah daerah terlarang bagi pemikiran. Tuhan ada bukan untuk tidak dipikirkan “adanya”. Tuhan bersifat wujud bukan untuk kebal dari sorotan kritik. Sesungguhnya orang yang mengakui ber-Tuhan. Tapi menolak untuk berpikir bebas berarti menolak rasionalitas eksistensinya Tuhan. Jadi dia menghina Tuhan karena kepercayaannya hanya sekedar kepura-puraan yang tersembunyi. Kalau betul-betul Islam itu membatasi kebebasan berpikir, sebaiknyalah saya berpikir lagi tentang anutan saya terhadap Islam ini. Maka hanya ada dua alternatif yaitu menjadi muslim sebagian atau setengah-setengah atau malah menjadi kafir. Namun sampai sekarang saya masih berpendapat bahwa Tuhan tidak membatasi, dan Tuhan akan bangga dengan otak saya yang selalu bertanya, tentang Dia. Saya percaya bahwa Tuhan itu segar, hidup, tidak beku. Dia tak akan mau dibekukan.

Pada hemat saya orang-orang yang berpikir itu, walaupun hasilnya salah, masih jauh lebih baik daripada orang-orang yang tidak pernah salah karena tidak pernah berpikir. Dan saya sungguh tidak dapat mengerti mengapa orang begitu phobia dengan pemikiran bebas. Walaupun itu ada kemungkinan efek jeleknya, tapi kegunaannya akan jauh lebih besar daripada mudharatnya. Malahan orang yang takut untuk berpikir bebas itu ditimpa oleh ketakutan dan keraguan akan kepura-puraannya yang sudah tak terlihat. Dia ragu untuk berkata bahwa ada satu pikiran yang dia benamkan di bawah sadarnya. Pikiran yang dibenamkan ini dia larang untuk muncul dalam kesadarannya. Padahal, dengan berpikir bebas manusia akan lebih tahu tentang dirinya sendiri. Manusia akan lebih banyak tahu tentang kemanusiaannya. Mungkin akan ada orang yang mengemukakan bahaya dari berpikir bebas yaitu orang yang berpikir bebas itu cenderung atau bahkan bisa jadi atheis. Betulkah? Orang yang sama sekali tidak berpikir juga bisa atheis! Lebih baik atheis karena berpikir bebas daripada atheis karena tidak berpikir sama sekali. Ya, Meskipun sama-sama jelek. Dengan berpikir bebas bisa salah hasilnya. Dengan tidak berpikir bebas juga bisa salah hasilnya. Lalu mana yang lebih potensial untuk tidak salah? Dan mana yang lebih potensial untuk menemukan kebenaraan-kebenaran baru? Saya kira orang yang tidak mau berpikir bebas itu telah menyia-nyiakan hadiah  Allah yang begitu berharga yaitu otak. Saya berdoa agar Tuhan memberi petunjuk pada orang-orang yang tidak menggunakan otaknya sepenuhnya. Dan sebaiknya saya pun sadar bahwa para pemikir bebas itu adalah orang-orang yang senantiasa gelisah. Kegelisahan itu memang dicarinya. Dia gelisah untuk memikirkan macam-macam hal terutama hal-hal yang dasariah dengan semata-mata berpijak pada obyektivitas akal. Saya sungguh tidak mendewa-dewakan kekuatan berpikir manusia sehinga seolah-olah absolut. 

Kekuatan berpikir manusia itu memang ada batasnya, sekali lagi ada batasnya! Tapi siapa yang tau batasnya itu? Otak atau pikiran sendiri tidak bisa menentukan sebelumnya. Batas kekuatan itu akan diketahui manakala otak kita sudah sampai di sana dan percobaan-percobaan untuk menembusnya selalu gagal. Karena itu manakala “keterbatasan kekuatan berpikir, maka jelas statement ini tidak berarti dan mungkin salah besar. Otak itu akan melampaui batas kekuatannya. Kalau sudah terang begitu, apa gunanya kita mempersoalkan batas, kalau di luar batas itu sudah di luar kemampuannya? Hal ini sudah dengan sendirinya, tak perlu dipersoalkan. Berikanlah otak itu kebebasan untuk bekerja dalam keterbatasannya, yaitu keterbatasan yang hanya otak itu sendiri yang tahu. Selama otak itu masih bisa bekerja atau berpikir, itulah tanda bahwa ia masih dalam batas kemampuannya. Dalam batas-batas kemampuannya dia bebas. Jadi dalam, tiap-tiap bekerja dan berpikir otak itu bebas.

Kalau suatu golongan atau umumnya umat Islam lemah, dalam suatu peristiwa atau hal tertentu, maka dengan cepat orang-orang terpelajar muslim—berkata bahwa yang salah adalah orang Islamnya bukan Islamnya. Ini adalah suatu bentuk dari tidak adanya kebebasan berpikir. Orang takut untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya kritik terhadap Islam. Kemungkinan adanya kritik sudah ditutup karena Islam sudah apriori dianggap betul dan kebal terhadap kemungkunan mengandung kelemahan. Apakah tidak mungkin Islam itu sendiri mengandung kelemahan? Saya sendiri sampai sekarang masih bertanya-tanya. Saya ingin menjadi muslim yang baik dengan selalu bertanya. Saya tidak bisa mengelak dari pikiran. Di mana saya berada, kemana saya menuju, di situ dan ke sana pikiran itu ada dan bertanya. Bekerjanya pikiran itu telah melekat pada adanya manusia. Tak ada kerja pikir berarti tak ada manusia. Karena itu tak ada jalan lain kecuali menggunakan daya pikir itu semaksimal mungkin. Dan titik akhir dari usaha dan menilai usaha ialah kematian!
comments | | Read More...

Ilmu, Sesuatu Yang Belum Memiliki Judul

Published by : Unknown on Thursday, June 26, 2014 | 7:08 PM

Thursday, June 26, 2014

Oleh Averroes F Piliang

Dalam perkembangannya, ilmu dikategorikan menjadi beberapa bagian yaitu ilmu agama, ilmu dasar dan ilmu terapan. Ketiganya merupakan peletak dasar dari pembinaan karakter pada diri seseorang dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Inilah yang disebut dengan ilmu membentuk karakter seseorang dan ilmu menentukan masa depan suatu individu, kelompok atau dalam tingkatan yang lebih besar lagi yaitu peradaban suatu negara.

Persoalan yang ada bukanlah dari konteks ilmu itu sendiri, melainkan bagaimana ilmu itu berjalan pada diri manusia itu sendiri. Perjalanan seseorang dalam menggali ilmu itu, yang hari ini banyak yang tidak menyadari akan hal tersebut. Sehingga, ketika seseorang mendapatkan ilmu yang telah dia gali, orientasi di awal mengenai mendapatkan ilmu itu pun terdegradasi menjadi orientasi yang sifatnya praktis. Maka, tampaklah jelas hari ini akan terbentuk sebuah ketidakpercayaan diri pada manusia-manusia yang menggali ilmu tersebut. Secara garis besar, faktor socio-cultural dalam diri manusia akhirnya terdegradasi dan menuju kepada terkuantisasi.

Ilmu pada hirarkinya merujuk kepada sebuah kebenaran. Sesuatu yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan. Maka dari itu, ilmu yang didapat menuntut mereka (orang-orang yang mencari ilmu) untuk mencari kebenaran dari siapapun, kapanpun dan dimanapun tanpa mengenal suku, agama, ras ataupun golongan-golongan tertentu. Sehingga, dalam berilmu landasan berpikir manusia dalam menggali ilmu haruslah mencapai 4 pokok berikut.
 
Ontologis. Hakikat apa yang akan dikaji. Ontologis menurut pemahaman saya adalah sebuah nilai fundament dari sebuah ilmu, yaitu tahapan bidang keilmuan. Sebut saja seperti ilmu alam dan ilmu sosial. Hakikatnya kedua ilmu tersebut membicarakan persoalan interaksi manusia-alam-manusia ataupun manusia dengan manusia. Sehingga dengan adanya interaksi tersebut, maka ada ilmu-ilmu dengan pembagian secara khusus dari kedua ilmu tersebut. Namun, bedakan antara ilmu dengan agama. Ilmu lebih kearah hakikat apa yang dikaji, sedangkan agama sudah menyeluruh.

Epistomologis.
Dalam buku Jujun Suria Sumiantri, epistomologis secara arti kata dikatakan pendidikan. Maka, dalam pemahaman saya, epistomologis ini adalah sebuah proses dalam menyampaikan ilmu tersebut kepada generasi berikutnya. Mengapa demikian? Karena ilmu itu bersifat kebenaran, kebenaran tersebut haruslah diwariskan kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, secara umum banyak yang mengatakan bahwa epistomologis ini adalah sebuah cara untuk mendapatkan pengetahuan dengan benar.

Etika. Kajian etika pada suatu hierarki ilmu ini identik dengan kata aksiologi, artinya periaku seseorang yang berilmu haruslah berlandaskan kebenaran. Sebelumnya diatas, telah disinggung mengenai ilmu secara ontologis dan epistomologis. Yaitu, sebuah hal yang mengarah kepada kebenaran, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Oleh karena itu, Berilmu itu haruslah memiliki Etika, atau dalam bahasa lain dikatakan, orang berilmu haruslah orang yang bermoral.

Estetika.
Dalam pengertian bahasa estetika berarti keindahan. Nah, disini lah saya pribadi agak sulit menjelaskannya. Mengapa? Karena satu hal melalui pertanyaan ini, dimana letaknya background ilmu yang kita pelajari ini indah? Kalau bagi saya dengan pemahaman fisika, keindahan ilmu fisika ini berasal dari apa yang disebut dengan Cosmos. Maka, dengan adanya pemahaman estetika akan mengarahkan kita kepada the art of science.

Empat makna substansial yang tertuang dalam buku Jujun Suriasumiantri ini merupakan peletak dasar hierarki ilmu yang kita jalani. Jadi, Seperti yang saya ungkapkan di atas bahwa, ilmu membentuk karakter seseorang. Maka, karakter seseorang bukanlah ditentukan bagaimana ia mampu bertahan dengan lika-liku kehidupan melainkan bagaimana ia mendapatkan ilmu yang telah ia jalani. Makna substansial ini lah yang pada akhirnya membentuk manusia yang mendapatkan ilmu (sarjana) melalui tiga hal penting yaitu, pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Istilah yang selalu dikenal dan dikenang adalah Tri Dharma Perguruan Tinggi. Namun, saya berpendapat istilah ini bukanlah didapat di tingkatan mahasiswa namun dalam tingkatan proses belajar. Ilmu dan moral dalam konteks memanusiakan manusia.
comments | | Read More...
 
Tentang Dunia Insan Kamil | Hubungi Kami | Disclaimer
| Copyright © 2013. Dunia Insan Kamil . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger