Oleh Averroes F Piliang
Fakta sejarah membuktikan bahwa awal mula muncul dan kokohnya sebuah peradaban yang tinggi dimulai dengan satu buah kota. Sebut saja seperti peradaban Persia yang diawali oleh kota Persepolis. Kota yang pada saat itu dipimpin oleh Darius I yang menjadi penguasa melakukan perkembangan dan pertumbuhan kota dari segi ekonomi dan budaya. Salah satu produk yang dihasilkan adalah Satrap’s Court. Maka, sesungguhnya ada empat jenis kategori yang digunakan sebagai indikator dalam membangun sebuah kota.
Pertama sekali adalah Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ditinjau dari peradaban Timur Tengah yang Berjaya di abad pertengahan, proses produksi di berbagai bidang menjadi efektif. Hal tersebut memberikan dampak yang signifikan pada proses kesejahteraan masyarakat. Masyarakat timur tengah pada saat itu memberikan begitu banyak sumbangsih dalam proses keilmuan. Sebut saja seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusdy, Ibn Al-Khayatam dan Al-Ghazali. Mereka lahir pada masa kejayaan Islam yang pemimpinnya menjunjung tinggi nilai-nilai Keilmuan. Akhirnya, masyarakat barat menyebut masa ini disebut dengan “Age of Science” ada zaman ilmu pengetahuan. Produk yang dihasilkan adalah Bazaar yang hingga saat ini masih dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia.
Selanjutnya adalah Pembangunan Ekonomi. Tinjauan ekonomi bukanlah ditinjau dari persoalan perputaran uang. Dalam hal ini, perspektif ekonomi adalah suatu hal berkaitan dengan konteks pemahaman ekonomi. Yaitu, sebuah aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi. Terciptanya ruang-ruang produksi, distribusi dan konsumsi akhirnya melahirkan neraca ekonomi yang efektif. Oleh karena itu, penguasaan terhadap sumber daya alam dan manusia dari tiga hal tersebutlah yang disebut dengan pembangunan ekonomi dalam tulisan ini. Apabil dikaitkan dengan UUD ’45 yang diciptakan oleh pendiri bangsa yang dahulu, maka sudah sewajarnya bila proses penguasaan ini haruslah bersifat semata-mata pada azas kekeluargaan. Oleh karena itu, kota dalam hal ini perlu memperhatikan penguasaan sumber-sumber ekonomi.
Kemudian adalah Kesejahteraan Masyarakat. Kesejahteraan sosial dalam suatu tatanan masyarakat secara umum bersumber dari dua hal yaitu Alam dan Manusia. Penguasaan sumber daya alam akan meningkatkan ruang produksi yang akhirnya memberikan peluang kepada masyarakat untuk bekerja. Sesungguhnya kesejahteraan sosial tidak hanya bersumber dari sumber daya alam melainkan juga primary growth (pembangunan utama) masyarakat. Pembangunan secara ekonomi dan sosial menjadi tolak ukur baik atau tidaknya kesejahteraan sosial.
Sementara itu, sumber lain yaitu masyarakat itu sendiri juga menjadi tolak ukur. Masyarakat perlu diberikan pelayanan secara publik per individu. Oleh karena itu, setiap kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah haruslah berkeadilan. Memahami tujuan setiap kebijakan publik dapat mempertahakan masyarakat yang modern dan beradab.
Terakhir adalah pembangunan kebudayaan. Indonesia merupakan jajahan Belanda yang secara kultural sangat mempengaruhi pola pikir masyarakatnya. Di samping itu, dengan begitu banyaknya akulturasi budaya sebelum dan setelah Belanda, tak heran bila konstruksi pemikiran juga perlu diperhatikan. Pembangunan sarana dan prasarana secara kultural perlu diperhatikan. Peradaban mesir dikenal dengan adanya Pyramid sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap kepercayaan. Sementara itu, Yunani membangun kuil dan perpustakaan terbesar terhadap kecintaan mereka pada ilmu pengetahuan. Begitu pula halnya pada peradaban Islam di timur tengah dan mereka membangun universitas dan madrasah. Peradaban barat pun juga membangun hal yang sama.
Keempat pandangan tersebut adalah indikator umum yang menunjukkan bahwa suatu peradaban memiliki karakteristik tertentu. Dalam rangka membangun peradaban di Kota Medan, maka dibutuhkan seoerang pemimpin yang memiliki empat perspektif sebelumnya. Hal ini bertujuan agar pertumbuh-kembangan kota Medan menuju kota yang madani, modern dan religius dapat dicapai.
Post a Comment