HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) adalah organisasi mahasiswa Islam yang didirikan oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam) di Yogyakarta pada tanggal 14 rabiul awwal 1366 H bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947.
Adapun tujuan organisasi HMI secara periodik mengalami perubahan adalah sebagai berikut:
Pada tahun 1947 yaitu:
Tujuan organisasi HMI pada saat ini seperti yang dirumuskan dalam pasal 4 anggaran dasar HMI adalah hasil perubahan tujuan organisasi yang terjadi pada tahun 1969. Meskipun tujuan organisasi HMI mengalami beberapa perubahan, namun misi HMI tetap berada di atas tiga komitmen yang merupakan wilayah gerakannya, yaitu ke-Islaman, kemahasiswaan dan kebangsaan.
Berdasarkan tujuan organisasi pada pasal 4 anggaran dasar HMI, dapat diperoleh intisari tujuan organisasi yang berupa kualitas insan cita, yaitu dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal 4 anggaran dasar HMI adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Insan Akademis
- Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
- Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui. Selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
- Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan
2. Kualitas Insan Pencipta
- Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah).
- Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
- Bersifat independen, terbuka dan tidak isolatif,
- Mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam dengan kemampuan akademisnya.
3 Kualitas Insan Pengabdi
- Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.
- Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
- Insan akademis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam
- Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menjadi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
- Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT
- Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
- Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
- Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
- Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
- Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
- Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan insan pelopor (man of future) yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu pengetahuan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Tipe ideal dari hasil perkaderan HMI adalah insan pembaharu (man of inovator).
Dengan rumusan tujuan organisasi pada pasal 4 anggaran dasar HMI, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi HMI disebutkan di dalam pasal 5 anggaran dasar HMI, yaitu:
a. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.
b. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.
c. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan umat manusia.
d. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dienul Islam dalam kehidupan pribadi,
e. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
f. Memperkuat Ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam sedunia.
g. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk
h. menopang pembangunan nasional.
i. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan huruf (a) s.d. (e) dan sesuai dengan azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam usaha pencapaian tujuan organisasinya, HMI sebagai organisasi perjuangan, setiap saat dihadapkan kepada berbagai tantangan yang datang silih berganti tanpa berhenti. Tantangan itupun akan selalu muncul terlebih-lebih di masa depan, yang bentuk dan wujudnya jauh lebih besar dan berat. Ada 2 tantangan besar yang dihadapi HMI, yaitu tantangan internal dan eksternal.
Tantangan Internal
Adapun yang menjadi tantangan internal HMI saat ini adalah sebagai berikut :
- Masalah eksistensi dan keberadaan HMI
- Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI untuk melakukan perbaikan dan perubahan mendasar terhadap berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.
- Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil dalam barisan terdepan sebagai barisan terdepan (avant garde) bangsa dalam melakukan berbagai perubahan yang dibutuhkan masyarakat.
- Masalah efektifitas HMI memecahkan masalah yang dihadapi bangsa, karena banyak organisasi sejenis maupun yang lain, dapat tampil lebih efektif mengambil inisiatif terdepan memberi solusi terhadap problem yang dihadapi bangsa Indonesia.
Tantangan eksternal
Adapun yang menjadi tantangan eksternal HMI saat ini adalah sebagai berikut :
- Tantangan menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda dari abad ke-20, yang muncul pada abad ke-21 saat ini, serta abad Globalisasi.
- Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup di zaman dan situasi berbeda dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya yang dijalani generasi muda bangsa.
- Tantangan untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni HMI yang akan menggantikan alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki berbagai posisi strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
- Tantangan menghadapi bahaya abadi Komunis.
- Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai misi berbeda dari umat Islam.
- Tantangan adanya kerawanan aqidah.
- Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek kehidupan manusia
- Tantangan menghadapi masa depan yang belum diketahui bentuk dan coraknya.
- Kondisi umat Islam Indonesia yang dalam kondisi belum bersatu.
- Kondisi dan keadaan perguruan tinggi serta dunia kemahasiswaan/kepemudaan yang penuh dengan berbagai persoalan dan problematika yang sangat kompleks
Untuk menghadapi tantangan-tantangan itu, HMI bersama segenap aparatnya harus mampu menghadapinya dengan semangat militansi yang tinggi. Memahami tujuan organisasi seperti yang dijelaskan dalam konstitusi dan mengambil pelajaran dari sejarah perjuangan HMI di masa lalu serta mengetahui tantangan yang sedang dihadapi saat ini dan tantangan yang akan dihadapi di masa depan, diharapkan HMI mampu menjawab segala tantangan yang akan dihadapinya.