Oleh Egyfaldi Biamenta
Istilah efek rumah kaca (green house effect) berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan bunga-bungaan. Para petani menanam sayuran di dalam rumah kaca, karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi dari pada di luar karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan rumah kaca tersebut.
Istilah efek rumah kaca (green house effect) berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan bunga-bungaan. Para petani menanam sayuran di dalam rumah kaca, karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi dari pada di luar karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan rumah kaca tersebut.
Gambar Ilustrasi Efek Rumah Kaca sumber gambar http://mbojo.files.wordpress.com |
Matahari adalah sumber dari segala energi di bumi. Energi cahaya matahari diubah menjadi energi yang dapat menghangatkan ketika mencapai permukaan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas matahari dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi inframerah. Efek rumah kaca adalah efek dimana sebagian panas cahaya matahari yang berwujud radiasi inframerah tidak diteruskan oleh atmosfer ke luar angkasa tetapi dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh gas-gas yang berada di atmosfer sehingga menyebabkan suhu di bumi semakin lama semakin meningkat. Istilah ini sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1824 oleh seorang fisikawan asal Perancis yang bernama Jean Baptise Joseph Fourier. Sang fisikawan ini sudah dikenal dengan studinya yakni deret Fourier serta penerapannya pada masalah arus panas.
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena tanpa adanya efek rumah kaca, suhu permukaan bumi akan sangat dingin yaitu sekitar -18 derajat celcius. Jika tidak ada efek rumah kaca maka permukaan bumi akan tertutupi oleh lapisan es, namun jika berlebihan maka akan menyebabkan pemanasan global (global warming), yaitu suatu proses terjadinya peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.
.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat namun semakin tinggi intensitasnya, dan anomali-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya.
Efek rumah kaca mempunyai kaitan yang sangat erat dengan gas-gas rumah kaca. Gas-gas rumah kaca (Green House Gases) adalah beberapa jenis gas yang terperangkap di atmosfer dan berfungsi seperti atap rumah kaca yang mampu meneruskan radiasi gelombang panjang matahari, namun menahan radiasi inframerah yang diemisikan oleh permukaan bumi. Sumber gas-gas rumah kaca tersebut dapat terbagi menjadi dua jenis yaitu alami dan akibat aktifitas manusia. Gas rumah kaca yang terjadi secara alami adalah CO2, CH4. Sedangkan gas yang dihasilkan akibat aktifitas manusia antara lain : CO2 (Proses pembakaran bahan bakar fosil), NO2 (aktifitas pertanian dan industri), CFC, HFC (proses industri dan konsumen). Penjelasan mengenai gas-gas rumah kaca tersebut adalah sebagai berikut:
Karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan terdapat di atmosfer bumi. Manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbon dioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya.
Metana (CH4). Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. Metana merupakan komponen utama gas alam dan juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat dikeluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutamasapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Hal yang paling dikhawatirkan para ilmuwan adalah tumbuhan yang membusuk. Beberapa ribu tahun yang lalu, miliaran ton metana terbentuk dari pembusukan tumbuh-tumbuhan Arktik di Kutub Utara. Tumbuhan itu membusuk dan membeku di dasar laut. Saat kutub utara mulai menghangat, metana yang tersimpan di dasar laut itu dapat mempercepat pemanasan di kawasan itu.
Nitrogen oksida (N2O). Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pra-industri. N2O merupakan gas atmosfer yang penting yang diemisikan paling banyak dari tanah dan air. Walaupun N2O memiliki konsentrasi yang rendah dibandingkan dengan CO2 dan H2O, namun N2O sangat berpengaruh terhadap gas rumah kaca. N2O di atmosfer memiliki waktu hidup yang relatif lama (diperkirakan mencapai 120 tahun), serta memilki kapasitas penyerapan energi (radiasi matahari dalam bentuk gelombang pendek) yang tinggi per molekul. Sumber N2O berasal dari lahan, pembakaran biomassa, kegiatan pertanian, dan proses industri.
Hydrofluorokarbon (HFC). Hidrofluorokarbon (HFC) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Senyawa-senyawa ini adalah senyawa-senyawa karbon yang mengandung hidrogen serta atom-atom halogen.
Clorofluorokarbon (CFC). CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan tidak terlalu toksik. Dengan demikian zat ini memiliki banyak kegunaan. CFC digunakan sebagai pendingin, bahan bakar untuk aerosol, untuk menghasilkan plastik busa seperti busa polistirena atau poliuretana yang memuai, dan sebagai pelarut untuk pembersihkeringan dan untuk tujuan-tujuan pengeringan minyak. Sayangnya, CFC dapat merusak lapisan ozon. Pada lapisan atmosfir yang tinggi, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal bebas klorin. Radikal-radikal inilah yang merusak ozon. CFC sekarang ini telah digantikan oleh senyawa-senyawa yang lebih ramah lingkungan. CFC juga bisa menyebabkan pemanasan global. Satu molekul CFC-11 misalnya, memiliki potensi pemanasan global sekitar 5000 kali lebih besar ketimbang sebuah molekul karbon dioksida.
Sulfur heksaflorida (SF6). Sulfur heksaflorida adalah molekul anorganik yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, kurang larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik, memiliki waktu hidup yang panjang, bersifat inert di troposfer dan stratosfer. Sulfur heksaflorida digunakan dalam industri listrik sebagai media dielektrik gas untuk pemutus sirkuit tegangan tinggi. SF6 adalah gas rumah kaca dengan potensi pemanasan global 23.900 kali dari CO2.
Salah satu upaya untuk mengurangi gas rumah kaca, yakni dengan memelihara pepohonan serta menanam pohon lebih banyak. Pohon dianggap mampu menyerap karbon dioksida lebih cepat, dan dalam jumlah banyak pohon mampu memecahnya melalui fotosintesis, atau dengan menyimpan karbon pada kayunya Penanaman satu miliar pohon per tahun bisa menurunkan emisi gas rumah kaca, hingga 26%. Upaya lain yang dapat mengurangi gas rumah kaca yaitu pengendalian kerusakan hutan, penggunaan energi yang ramah lingkungan dan transportasi yang efisien, serta pengolahan limbah. Salah satu upaya dunia internasional untuk menanggulangi gas rumah kaca adalah dengan mengadakan konvensi yang disebut Protokol Kyoto. Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang secara garis besar adalah sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Protokol Kyoto memerintahkan negara-negara dunia untuk berkomitmen mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida serta gas rumah kaca lainnya untuk menanggulangi dampak efek rumah kaca.
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena tanpa adanya efek rumah kaca, suhu permukaan bumi akan sangat dingin yaitu sekitar -18 derajat celcius. Jika tidak ada efek rumah kaca maka permukaan bumi akan tertutupi oleh lapisan es, namun jika berlebihan maka akan menyebabkan pemanasan global (global warming), yaitu suatu proses terjadinya peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.
.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat namun semakin tinggi intensitasnya, dan anomali-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya.
Efek rumah kaca mempunyai kaitan yang sangat erat dengan gas-gas rumah kaca. Gas-gas rumah kaca (Green House Gases) adalah beberapa jenis gas yang terperangkap di atmosfer dan berfungsi seperti atap rumah kaca yang mampu meneruskan radiasi gelombang panjang matahari, namun menahan radiasi inframerah yang diemisikan oleh permukaan bumi. Sumber gas-gas rumah kaca tersebut dapat terbagi menjadi dua jenis yaitu alami dan akibat aktifitas manusia. Gas rumah kaca yang terjadi secara alami adalah CO2, CH4. Sedangkan gas yang dihasilkan akibat aktifitas manusia antara lain : CO2 (Proses pembakaran bahan bakar fosil), NO2 (aktifitas pertanian dan industri), CFC, HFC (proses industri dan konsumen). Penjelasan mengenai gas-gas rumah kaca tersebut adalah sebagai berikut:
Karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan terdapat di atmosfer bumi. Manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbon dioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya.
Metana (CH4). Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. Metana merupakan komponen utama gas alam dan juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat dikeluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutamasapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Hal yang paling dikhawatirkan para ilmuwan adalah tumbuhan yang membusuk. Beberapa ribu tahun yang lalu, miliaran ton metana terbentuk dari pembusukan tumbuh-tumbuhan Arktik di Kutub Utara. Tumbuhan itu membusuk dan membeku di dasar laut. Saat kutub utara mulai menghangat, metana yang tersimpan di dasar laut itu dapat mempercepat pemanasan di kawasan itu.
Nitrogen oksida (N2O). Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pra-industri. N2O merupakan gas atmosfer yang penting yang diemisikan paling banyak dari tanah dan air. Walaupun N2O memiliki konsentrasi yang rendah dibandingkan dengan CO2 dan H2O, namun N2O sangat berpengaruh terhadap gas rumah kaca. N2O di atmosfer memiliki waktu hidup yang relatif lama (diperkirakan mencapai 120 tahun), serta memilki kapasitas penyerapan energi (radiasi matahari dalam bentuk gelombang pendek) yang tinggi per molekul. Sumber N2O berasal dari lahan, pembakaran biomassa, kegiatan pertanian, dan proses industri.
Hydrofluorokarbon (HFC). Hidrofluorokarbon (HFC) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Senyawa-senyawa ini adalah senyawa-senyawa karbon yang mengandung hidrogen serta atom-atom halogen.
Clorofluorokarbon (CFC). CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan tidak terlalu toksik. Dengan demikian zat ini memiliki banyak kegunaan. CFC digunakan sebagai pendingin, bahan bakar untuk aerosol, untuk menghasilkan plastik busa seperti busa polistirena atau poliuretana yang memuai, dan sebagai pelarut untuk pembersihkeringan dan untuk tujuan-tujuan pengeringan minyak. Sayangnya, CFC dapat merusak lapisan ozon. Pada lapisan atmosfir yang tinggi, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal bebas klorin. Radikal-radikal inilah yang merusak ozon. CFC sekarang ini telah digantikan oleh senyawa-senyawa yang lebih ramah lingkungan. CFC juga bisa menyebabkan pemanasan global. Satu molekul CFC-11 misalnya, memiliki potensi pemanasan global sekitar 5000 kali lebih besar ketimbang sebuah molekul karbon dioksida.
Sulfur heksaflorida (SF6). Sulfur heksaflorida adalah molekul anorganik yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, kurang larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik, memiliki waktu hidup yang panjang, bersifat inert di troposfer dan stratosfer. Sulfur heksaflorida digunakan dalam industri listrik sebagai media dielektrik gas untuk pemutus sirkuit tegangan tinggi. SF6 adalah gas rumah kaca dengan potensi pemanasan global 23.900 kali dari CO2.
Salah satu upaya untuk mengurangi gas rumah kaca, yakni dengan memelihara pepohonan serta menanam pohon lebih banyak. Pohon dianggap mampu menyerap karbon dioksida lebih cepat, dan dalam jumlah banyak pohon mampu memecahnya melalui fotosintesis, atau dengan menyimpan karbon pada kayunya Penanaman satu miliar pohon per tahun bisa menurunkan emisi gas rumah kaca, hingga 26%. Upaya lain yang dapat mengurangi gas rumah kaca yaitu pengendalian kerusakan hutan, penggunaan energi yang ramah lingkungan dan transportasi yang efisien, serta pengolahan limbah. Salah satu upaya dunia internasional untuk menanggulangi gas rumah kaca adalah dengan mengadakan konvensi yang disebut Protokol Kyoto. Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang secara garis besar adalah sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Protokol Kyoto memerintahkan negara-negara dunia untuk berkomitmen mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida serta gas rumah kaca lainnya untuk menanggulangi dampak efek rumah kaca.
+ comments + 2 comments
Pinter pinter ya adinda kita sekarang, he...he...he....
Makasing bang rahmat
Post a Comment