Keindahan Tuhan

Oleh Siti Rayani Simatupang

Sekitar 22 tahun yang lalu, sorakan rahim ibu yang melahirkanku. Hanya ingin melayangkan bebas pikiran yang slalu menemani hari-hariku, berawal dari saat aku menghirup cahaya matahari. Tanpa menzholimi tubuh yang Kau ciptakan atau saat kapan Engkau ingin mencabut lebih cepat nyawa yang Kau hembuskan. Tak punya hak atas ciptaanMu, hanya berkewajiban menjalankan perintahMu. 

Kepercayaanku, mudah untukMu menciptakan orang yang sama dan tiada beda seperti diriku. Hal tersebut meyakinkanku, kiranya jika aku berkata bahwa “aku ciptaanMu” yang spesial. Dapat dibuktikan tak satupun ciptaanMu yang sama identik. Begitu juga halnya dengan keindahan. Beberapa ciptaanMu, bahkan masih saja meributkan semua itu, sesuatu yang sebenarnya sudah engkau ciptakan dalam kepala masing-masing yaitu otak dan pikiran.

Masih ada saja yang memperebutkan kedudukan disampingmu. Berlomba-lomba berusaha merayumu dengan segala tingkah laku duniawi yang terkadang tidak masuk akal, menjual sedekah untuk kemudian memerintahMu memberinya rejeki ataupun menuruti permintaan. Bahkan ada yang berusaha mencoba menempati posisimu. Kalau memang manusia adalah Tuhan itu sendiri, kenapa manusia tak bisa menciptakan manusia?

Sewaktu kecil dulu, ketika aku duduk yang berpegangan gulali. Selalu aku tanyakan kenapa harus ada yang berjontok-jontokan? Demi memperebutkan kertas bergambar manusia? di Indonesia ada pasal yang menyebutkan “ketuhanan yang maha esa”. Kenapa pula mesti memperebutkan tuhan yang sudah jelas satu.? Ataukah hanya ingin membuat manusia menjadi berbesar rasa menciptakan tuhannya sendiri-sendiri? Ataukah itu keindahan, karna dapat menggambarkan Tuhan yang diinginkan.

Terserah, yang jelas ijinkan aku mencintaiMu tuhan. MencintaiMu seperti syair yang dituliskan para penyair. MenyenangiMu seperti seorang filsuf yang bermain filosofi. Dan bermain bersama kesulitan dunia seperti anak-anak yang mendapatkan mainan barunya. KeindahanMu..