Oleh Averroes F Piliang
Demokratisasi ditegakkan oleh masyarakat yang mana akan mengembangkan perekonomiannya. Menarik? Mengapa hanya sebatas ekonomi saja? Memang terbentuknya proses demokrasi di dunia modern berawal pada ketidaknyamanan rakyat terhadap kebijakan pemerintah (saat itu masih dipegang oleh Raja atau Ratu) tidak pro terhadap rakyat. Sehingga akibatnya kemiskinan terjadi dimana-mana. Legitimasi kemiskinan ini tampak jelas dengan adanya kebudayaan feudal yang berkepanjangan sampai berabad lamanya. Adanya kaum budak dan bangsawan menimbulkan sebuah sistem yan dinamakan dengan “kasta”.
Permasalahan setiap negara timbul karena tidak adanya integrasi dalam proses penyelesaiannya. Pembahasan demonstrasi tidak seiring dengan bidang lainnya. Sebut saja seperti, karakter, budaya dan pendidikan bangsa. Perlu adanya sebuah kombinasi dalam mengatasi hal tersebut dan menyelesaikannya. Yaitu antara satu aspek dengan aspek yang lain tanpa mengurangi esensi dari demokrasi.
Pendapat anda diterima, itu merupakan sebuah kata yang menjelaskan tentang esensi dalam peristiwa demokrasi yang terlupakan oleh banyak orang. Kebanyak dari kita hanya berpikir mengenai esensi demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Ya, tidak dapat dipungkiri, teori demokrasi dari salah satu presiden Amerika yang terkenal ini telah menjadi jangan di masyarakat. Pertanyaannya adalah dimanakah esensi demokrasi ini bila ditinjau dari dua hal tersebut? Bagaimanakah sebenarnya esensi demokrasi ini? Apakah hanya sebatas kepemimpinan?
Sejak dulu, Indonesia telah memiliki karakter demokrasi tersendiri. Di desan dan kelurahan, di kampung halaman ketika dalam membuat kegiatan, kepala desas dan para tetua memanggil warga berupa pemuda dan kepala keluarga untuk melakukan pembicaraan. Terjadinya pembicaraan yang menghasilkan keputusan berdasarkan konsep musyawarah mufakat. Demokratisasi telah terjadi, mengapa budaya itu hilang? Satu hal yang tergerus oleh perkembangan zaman adalah kebiasaan musyawarah mufakat ini. Sebuah kebiasaan yang berorientasi pada pembagian peran dalam berdemokrasi.
Slogan pendidikan demokrasi seharusnya harus dicanangkan. Pendapat anda diterima memiliki peranan yang substansial. Peranan ini tampak jelas dengan adanya kepala desa dan tetua, orang tua dan pemuda memiliki fungsi dan struktural yang berbeda ketika musyawarah berjalan. Demokratisasi ini terjadi karena terkombinasi dengan jargon pendidikan. Apa itu? Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Jargon pendidikan yang terlupakan, apalagi dengan tidak dikombinasikan dengan demokratisasi. Jargon ini hanya dikenal sebatas lembaga SD, SMP, dan SMA “Negeri”.
Proses demokrasi yang dikombinasikan dengan jargon pendidikan ini akan menghasilkan sebuah kepemimpinan yang berkarakter. Maka, sewajarnya pendidikan itu membentuk karakter seseorang. Jika seseorang telah memiliki karakter maka demokratisasi akan berjalan menarik dan sangat bernilai. Ing Ngarso Sung Tulodo, ini berarti demokratisasi harus menjadi suri tauladan bukan hanya sebatas perkataan belaka. Artinya, setiap musyawarah harus diterima dan dilaksanakan karena ini merupakan keputusan bersama. Bukan berarti ketika keinginan dalam bermusyawarah tidak terakomodir, kita hanya menggerutu dan melakukan sebuah perlawanan, ya, “oposisi” ataupun walk out. Ing Madyo Mbangun Karso. Di tengah percekcokan yang ada demokratisasi harus menjadi sebuah wahana dalam membangkitkan jiwa seseorang. Inovasi akan timbul sehingga jiwa-jiwa nasionalisme terbentuk. Insan-insan yang berkualitas akan muncul sehingga bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat madani. Tut Wuri Handayani, berarti mampu untuk memberikan dorongan moral dan kerja. Secara mental, aktualisasi dan teoritis akan menumbuhkan sebuah konsep yang mendorong moral dan semangat.
Akhirnya, ketika demokratisasi yang dikombinasikan dengan 3 jargon pendidikan tersebut akan lahir Insan Pemimpin yang mampu menjadi suri tauladan (Uswatun Hasanah seperti Rasulullah SAW), dan mampu menjadi konseptor bagi orang-orang yang dipimpin dan mampu menggugah semangat orang yang dipimpin. Sebaik-baiknya seorang manusia ia bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya.
Post a Comment