News Update :
Home » » Ilmu, Sesuatu Yang Belum Memiliki Judul

Ilmu, Sesuatu Yang Belum Memiliki Judul

Published by : Unknown on Thursday, June 26, 2014 | 7:08 PM

Oleh Averroes F Piliang

Dalam perkembangannya, ilmu dikategorikan menjadi beberapa bagian yaitu ilmu agama, ilmu dasar dan ilmu terapan. Ketiganya merupakan peletak dasar dari pembinaan karakter pada diri seseorang dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Inilah yang disebut dengan ilmu membentuk karakter seseorang dan ilmu menentukan masa depan suatu individu, kelompok atau dalam tingkatan yang lebih besar lagi yaitu peradaban suatu negara.

Persoalan yang ada bukanlah dari konteks ilmu itu sendiri, melainkan bagaimana ilmu itu berjalan pada diri manusia itu sendiri. Perjalanan seseorang dalam menggali ilmu itu, yang hari ini banyak yang tidak menyadari akan hal tersebut. Sehingga, ketika seseorang mendapatkan ilmu yang telah dia gali, orientasi di awal mengenai mendapatkan ilmu itu pun terdegradasi menjadi orientasi yang sifatnya praktis. Maka, tampaklah jelas hari ini akan terbentuk sebuah ketidakpercayaan diri pada manusia-manusia yang menggali ilmu tersebut. Secara garis besar, faktor socio-cultural dalam diri manusia akhirnya terdegradasi dan menuju kepada terkuantisasi.

Ilmu pada hirarkinya merujuk kepada sebuah kebenaran. Sesuatu yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan. Maka dari itu, ilmu yang didapat menuntut mereka (orang-orang yang mencari ilmu) untuk mencari kebenaran dari siapapun, kapanpun dan dimanapun tanpa mengenal suku, agama, ras ataupun golongan-golongan tertentu. Sehingga, dalam berilmu landasan berpikir manusia dalam menggali ilmu haruslah mencapai 4 pokok berikut.
 
Ontologis. Hakikat apa yang akan dikaji. Ontologis menurut pemahaman saya adalah sebuah nilai fundament dari sebuah ilmu, yaitu tahapan bidang keilmuan. Sebut saja seperti ilmu alam dan ilmu sosial. Hakikatnya kedua ilmu tersebut membicarakan persoalan interaksi manusia-alam-manusia ataupun manusia dengan manusia. Sehingga dengan adanya interaksi tersebut, maka ada ilmu-ilmu dengan pembagian secara khusus dari kedua ilmu tersebut. Namun, bedakan antara ilmu dengan agama. Ilmu lebih kearah hakikat apa yang dikaji, sedangkan agama sudah menyeluruh.

Epistomologis.
Dalam buku Jujun Suria Sumiantri, epistomologis secara arti kata dikatakan pendidikan. Maka, dalam pemahaman saya, epistomologis ini adalah sebuah proses dalam menyampaikan ilmu tersebut kepada generasi berikutnya. Mengapa demikian? Karena ilmu itu bersifat kebenaran, kebenaran tersebut haruslah diwariskan kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, secara umum banyak yang mengatakan bahwa epistomologis ini adalah sebuah cara untuk mendapatkan pengetahuan dengan benar.

Etika. Kajian etika pada suatu hierarki ilmu ini identik dengan kata aksiologi, artinya periaku seseorang yang berilmu haruslah berlandaskan kebenaran. Sebelumnya diatas, telah disinggung mengenai ilmu secara ontologis dan epistomologis. Yaitu, sebuah hal yang mengarah kepada kebenaran, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Oleh karena itu, Berilmu itu haruslah memiliki Etika, atau dalam bahasa lain dikatakan, orang berilmu haruslah orang yang bermoral.

Estetika.
Dalam pengertian bahasa estetika berarti keindahan. Nah, disini lah saya pribadi agak sulit menjelaskannya. Mengapa? Karena satu hal melalui pertanyaan ini, dimana letaknya background ilmu yang kita pelajari ini indah? Kalau bagi saya dengan pemahaman fisika, keindahan ilmu fisika ini berasal dari apa yang disebut dengan Cosmos. Maka, dengan adanya pemahaman estetika akan mengarahkan kita kepada the art of science.

Empat makna substansial yang tertuang dalam buku Jujun Suriasumiantri ini merupakan peletak dasar hierarki ilmu yang kita jalani. Jadi, Seperti yang saya ungkapkan di atas bahwa, ilmu membentuk karakter seseorang. Maka, karakter seseorang bukanlah ditentukan bagaimana ia mampu bertahan dengan lika-liku kehidupan melainkan bagaimana ia mendapatkan ilmu yang telah ia jalani. Makna substansial ini lah yang pada akhirnya membentuk manusia yang mendapatkan ilmu (sarjana) melalui tiga hal penting yaitu, pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Istilah yang selalu dikenal dan dikenang adalah Tri Dharma Perguruan Tinggi. Namun, saya berpendapat istilah ini bukanlah didapat di tingkatan mahasiswa namun dalam tingkatan proses belajar. Ilmu dan moral dalam konteks memanusiakan manusia.
Share this article :

Post a Comment

 
Tentang Dunia Insan Kamil | Hubungi Kami | Disclaimer
| Copyright © 2013. Dunia Insan Kamil . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger